A. LAHIRNYA KESULTANAN SUMBAWA

Sultan_Sumbawa3.jpg

Kesultanan Sumbawa Resmi berdiri pada 1 Muharram 1058 H atau bertepatan dengan 30 November 1648. Wilayah hukum Kesultanan Sumbawa terbentang dari timur ke barat, dari Empang / Tarano pada bagian timur dan Jereweh / Sekongkang pada bagian barat. Dengan luas daratan lebih kurang 8493 Km2.

Ibu Negeri Kesultanan Sumbawa terletak di Kota Sumbawa besar, atau lazim disebut Samawa Datu.

Kesultanan Sumbawa dalam struktur kekuasaannya memiliki tiga daerah / Kerajaan vasal yakni :

1.    Kedatuan Seran.

2.    Kedatuan Taliwang.

3.    Kedatuan Jereweh.

Ketiga Kedatuan tersebut dikenal dengan istilah Kamutar Telu.

Selain tiga daerah vasal, Kesultanan Sumbawa terbagi pula dalam Daerah Pangantong yakni wilayah yang dibagi tanggungjawab pengurusannya kepada lembaga pemerintahan ( Majelis Pangantong Lima Olas ).

Dalam menjalankan roda pemerintahan, Sultan Sumbawa didampingi oleh Pangantong Lima Olas, yakni Majelis Pemerintahan yang terdiri dari :

- Menteri Telu ( Majelis Tiga Menteri )

- Mamanca Lima ( Majelis Lima Manca )

- Lelurah Pitu ( Majelis Tujuh Lelurah )

Kesultanan Sumbawa melakukan kerjasama ekonomi dan pemerintahan dengan Kerajaan Gowa Tallo, Kesultanan Bima dan Kerajaan / Kesultanan lain dalam wilayah Nusantara.

Tahun 1931 merupakan tahun dilaksanakannya Penobatan Sultan Sumbawa, Sultan Muhammad Kaharuddin III ( 1931 – 1958 ) sebelum terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, pada tahun 1950 melalui Surat Emasnya, Sultan Sumbawa menyatakan diri bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ekspektasi masyarakat Sumbawa ( Tau Samawa ) yang berada pada dua Kabupaten bekas wilayah adat Kesultanan Sumbawa yakni Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat terhadap Kesultanan Sumbawa, maka melalui keputusan Mudzakarah Rea ( Musyawarah Agung ) Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) pada tanggal 8 – 10 Januari 2011, dilaksanakan pengukuhan terhadap Datu Raja Muda ( Putra Mahkota ) Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa menjadi Sultan Sumbawa ke XVIII. Puncak upacara penobatannya dilaksanakan pada, Selasa 15 April 2011, berlokasi di Istana Balakuning, Istana Dalam Loka dan Mesjid Agung Nurul Huda Sumbawa Besar.

Berikut adalah Biografi Sultan dan Permaisuri Sumbawa ke XVIII:

Nama Lengkap Sultan :

Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa

Nama Panggilan :

Daeng Ewan

Gelar :

Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV

Jabatan :

Sultan Sumbawa XVIII

Tempat / tgl lahir :

Sumbawa Besar, 5 April 1941

Pendidikan :

Magister Bisnis Administrasi

Pekerjaan Terakhir :

Komisaris Utama PT. Bank NTB

Putra dari :

YM. Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin III Sultan Sumbawa dengan Permaisuri Siti Khadijah Daeng Ante Ruma Pa’duka Putri Sultan Bima.

 

Nama Lengkap Permaisuri  :

Andi Bau Tenri Djadjah

Nama Panggilan :

Datu Tenri

Gelar :

Dewa Maraja Bini

Tempat / Tgl Lahir :

23 Oktober 1946

Putri dari :

Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene dengan Permaisurinya Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo.

 

      Sumber :

Majelis Adat - Lembaga Adat Tana Samawa (LATS)

Bidang Kebudayaan - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa


Kunjungan : 4342
Kategori : Sejarah
Share :

Komentar :

Latifah Lutfiah

2022-04-18

Dengan adanya website ini sejarah tentang Sumbawa..bisa kita ketahui..????

Syaiful

2018-08-09

Semoga sehat dan panjang usia untuk sultan dan permaisuri sumbawa yang ke XVIII serta tradisi sumbawa tetap lestari di tanah intan bulaeng ini dan jangan sampai kalah dengan adat sasak yang sepertinya mendominasi dengan adat kecimolnya dan lainnya.

Aan Widhi Atma

2018-07-22

Selamat kepada Sultan dan permaisuri Sumbawa, semoga kebudayaan Sumbawa selalu lestari dan terjaga tradisinya